Blog ini kAlo diIbarat telOr, gOlongan teloR orak-aRiklah...
Yang G jelas karuan Putih Mana kuning...
Tapi TEteup enak rasanya...
Seperti bLog inI..
BiAr G jelas bentuk n tampilannya,
yang penting banyak Ilmunya...

(^_^)V

Met berkunjung..... jangan Lupa Dikomen ya...
Makasih... semoga bermanFaat.... Bagi saya maupun anDa....

Kamis, 14 April 2011

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU TANAMAN JAGUNG


Budidaya tanaman pangan tidak pernah lepas dari yang namanya serangan hama dan penyakit tanaman. Hama dan penyakit tanaman dapat menyerang dan merusak area pertanaman sehingga mengurangi hasil panen. Sebenarnya keberadaan hama dan penyakit di area pertanian  merupakan akibat dari ulah manusia sendiri, perubahan ekosistem yang menjadi salah satu factor utama sehingga ekosistem menjadi tidak seimbang. Hal ini juga berlaku untuk tanaman jagung. Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang sering dijumpai menyerang pertanaman jagung adalah ulat Penggerek batang jagung, Kutu daun, ulat Penggerek tongkol, dan Thrips. Bulai, Hawar daun, dan Karat adalah penyakit yang sering muncul di pertanaman jagung dan dapat menurunkan produksi jagung.
Pengendalian organism pengganggu tanaman seperti hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menerapkan konsep pengendalian hama dan penyakit terpadu yakni pengendalian populasi organism pengganggu tanaman  dengan menggunakan satu atau lebih dari bentuk teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan.  Cara pengendalian yang diutamankan adalah dengan menggunakan pengendalian yang aman untuk lingkungan, pengguna dan konsumen itu sendiri.   Tujuan dari PHT sendiri yaitu untuk tetap mempertahankan populasi hama dibawah ambang kerusakan ekonomis bukan untuk menghilangkan ham itu sendiri.


Pengamatan
Tahapan awal dalam menerapkan konsep PHT adalah dengan melakukan pengamatan. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui intensitas serangan atau kepadatan populasi OPT, luas serangan, daerah penyebaran dan factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT tersebut. Yang terpenting adalah mengidentifikasi hama target seblum melakukan tindakan apapun. Salah identifikasi dapat menimbulkan pengendalian yang tidak efektif dari hama yang sebenarnya. Selain itu juga perlu dilakukan pencarian tanda-tanda khusus dari hama yang menyerang area petanaman.



Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan analisis dari pengamatan dilapangan. Keputusan dapat berupa diteruskannya kegiatan pengamatan atau pelaksanaan tindakan pengendalian.
Tindakan Pengendalian
Tindakan pengendalian dilakukan apabila populasi atau tingkat serangan OPT dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis atau hasil analisis data pengamatan sudah mencapai ambang pengendalian. Syarat dari pengendalian OPT harus memenuhi aspek tekni yaitu :
1.    Memadukan berbagai cara pengendalian yang serasi, selaras, dan seimbang dengan menerapkan prinsip PHT.
2.    Mengutamakan pengendalian dengan teknik budidaya yang tepat, pengendalian secara fisik/mekanik, biologi dan genetik.
3.    Menggunakan pestisida apabila sungguh-sungguh sangat terpaksa karena populasi hama sangat tinggi dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan sangatlah berat.

Pengendalian OPT secara teknik budidaya yaitu dengan melakukan pengolahan tanah yang baik dan benar, menggunakan benih dari varietas yang tahan OPT, benih yang bermutu sehat, dengan pengaturan jarak tanam yang ideal, pola tanam yang baik, waktu tanam yang tepat, pemupukan secara berimbang, pengaturan drainase yang baik serta menanam jenis tanaman perangkap bahkan rotasi tanaman.
   Pengendalian secara fisik maupun mekanik dilakukan dengan cara sanitasi lingkungan secara selektif terhadap tanaman yang terserang OPT, pengambilankelompok telur/ ulat dari tanaman terserang, dan pemasangan penghalang berupa kelambu, rumah kaca atau plastic transparan.
   Pengendalian OPT secara biologis dilakukan dengan cara memanfaatkan musuh alami dengan agens hayati. Dapat pula dilakukan dengan sebuah peraturan dengan karantina tumbuhan.
   Alternative terakhir dalam pengendalian OPT dengan menggunakan bahan kimia (pestisida). Ditinjau dari bahan aktifnya, pestisida dapat dibagi dalam dua macam, yakni pestisida hayati dan pestisida sintetis. Pestisida hayati adalah pestisida yang terbuat dari mahluk hidup yang bahan aktifnya dapat digunakan untuk pengendalian OPT. sedangkan pestisida sintetis memiliki bahan aktif dari hasil sintesa kimia yang berada dalam beberapa golongan. Penggunaan pestisida hanya berlaku jika berdasarkan hasil pengamatan terhadap OPT telah melebihi ambang batas pengendalian. Sedangkan aplikasi pestisida harus dilakukan pasa saat OPT berada dalam setadia peka dengan dosis minimum namun efektif dan penyemprotan pada bagian yang terserang saja.

Hama
1.    Lalat Bibit/ Atherigona exigua (Diptera : Muscidae)
Lalat bibit mulai menyerang pada tanaman muda hingga umur 3 minggu. Serangan lalat bibit terjadi pada musim hujan. Larva yang baru menetas masuk dalam jaringan tanman melalui titik tumbuh sambil makan pelepah daun bagian dasar yang masih menggulung. Dalam waktu yang tidak lama , titik tumbuh mulai layu dan jaringan mulai membusuk dan kemudian tanaman mati. Lalat bibit sangatlah kecil dengan panjang 3-4 mm, berwarna hitam kelabu. Keberadaan lalat ini dapat diketahui jika pengamatan dilakukan pagi hari, mulai pukul 06.00 dan sore hari pukul 16.00-19.00. lalat bibit aktif terbang disekitar lahan pertanaman. Perkembangan telur sampai dewasa 26 hari. PHT yang perlu dilakukan adalah dengan menggunakan tanaman varietas tahan, jika tanaman terserang segera lakukan pemupukan dengan 50 kg/ha urea dengan cara ditugalkan. Untuk pencegahan umur 5-7 hari sebelum tanam dilakuakn penyemprotan insektisida pada sore hari pukul 14.00-16.00 dilahan pertanaman.

2.    Ulat Grayak/ Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae)
Ulat ini selalu dating ke area pertanaman dalam jumlah yang besar, ulat ini aktif menyerang pada malam hari dan pada siang hari bersembunyi ditanah yang lembab. Cirri utama dari ulat grayak ini yaitu pada ruas perut ke-empat dan ke-sepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam dibatasi garis kuning pada bagian samping dan punggung. Pengendalian dengan PHT yaitu melakukan sanitasi lingkungan, pengelolahan tanah dengan membalik tanah hingga ulat dalam tanah mati. Penyebaran musuh alami. Serta pengambilan dengan tangan atau pun alat terhadap larva, kemudian dibakan jika masih bias dikendalikan dengan fisik dan mekanik. Penggunaan Insektisida dengan dosis sesuai anjuran pemakaian jika sudah mencapai ambang kerusakan ekonomi.

3.    Penggerek batang/ Ostrinia furnacalis  (Lepidoptera : Pyralidae)
Larva menyerang daun dan menimbulkan bercak putih pada permukaan daun. Larva muda dapat pula menyerang pucuk daun yang menggulung dengan cara menggerek, sehingga terbentuklah lubang melintang pada daun. Larva muda bila mengganggu akan menjatuhkan diri. Larva yang baru muncul berwarna merah keungu-unguan dengan warna hitam dikepala dan tubuh yang gelap. Telur berbentuk lonjong dan diletakkan dibawah permukaan daun.Pengendalian dilakukan secara PHT dengan rotasi tanaman atau tanam serentak, tanaman yang terserang diambil hamanya lalu dibakar/dibunuh, jika tanaman sudah tidak bias berproduksi lagi maka tanamah harus dicabut dan dibakar. Penggunaan insektisida jika diperlukan dan pembersihan inang alternative setelah panen dan sebelum tanam.

4.    Ulat Tongkol/ Heliothis armigera (Lepidoptera : Noctuidae)
Ulat tongkol ini menyerang tongkol yang paling banyak diserang adalah tongkol yang muda dapat pula menyerang daun atau tangkai daun. Larva menggerek masuk melalui bagian ujung tongkol. Telur berbentuk bulat, larva berwarna kuning pucat dengan kepala berwarna hitam. Pupa diletakkan ditanah. Pengendalian dengan PHT yaitu dengan rotasi tanaman dan penggunaan insektisida jika sudah mencapai ambang kerusakan ekonomi dan kerusakan sudah lebih dari 50%.


Penyakit
1.    Penyakit Bulai (Peronosclerospora philipinensis)
Konidia p. philipinensis berwarna coklat, bersekat, berbentuk bulat. Konidia ini dibentuk pada tangkai sederhana yang tumbuh pada bercak. Konidia ini dapat disebarkan oleh angin dan dapat terbawa benih.
Gejala daun yang terinfeksi berwarna khlorotik, biasanya memanjang sejajar tulang daun, dengan batas yang jelas, dan bagian daun yang masih sehat berwarna hijau normal Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas bagian daun yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Daun yang khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku.
Tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak bertongkol sama sekali. Jamur dapat bertahan hidup sebagai miselium dalam biji, namun tidak begitu penting sebagai sumber inokulum. Infeksi dari konidia yang tumbuh di permukaan daun akan masuk jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal berkembang ke titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik.
Konidiofor dan konidia terbentuk keluar dari stomata daun pada malam hari yang lembab. Apabila bijinya yang terinfeksi, maka daun kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika inokulum berasal dari spora,daun kotiledon tetap sehat. Pengendalian secara PHT yaitu dengan melakukan perbaikan pola tanam, meliputi pergiliran tanaman dan tanam serempak. Pemusnahan inokulum dan tanaman sakit dengan cara dicabut dan dibakar. Menggunakan benih jagung varietas tahan. Melakukan perlakuan benih dengan fungisida.

2.    Penyakit Karat daun (Puccinia sorghii)
Jamur ini berwarna coklat, epidermis daun yang menutupnya segera pecah. Urediospora bulat atau jorong, 24-29 x 22-29 mikrometer, berdinding coklat kemerahan, berduri-duri halus, tebal 1,5-2 mikrometre, pori 3-4, ekuatoral. Jamur membentuk telium terbuka, berwarna hitam, di tempat yang sama dengan uredium; biasanya pada waktu tanam menjelanng masak. Teliospora jorong, berbentuk tanbung atau gada, tumpul atau agak meruncing, biasanya agak mengecil pada sekat, 35-50 x 16-23 mikrometer, dengan dinding berwarna coklat. Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot.
Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.n Puccinia sorghi membentuk urediosorus panjang atau bulat panjang pada daun. Epidermis pecah sebagian dan massa spora dibebaskan yang menyebabkan urediosorus berwarna coklat atau coklat tua. Urediosorus yang masak berubah menjadi hitam bila teliospora terbentuk.
Jamur karat tidak dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman jagung.  P.sorghi terutama juga mempertahankan diri pada tanaman jagung yang masih hidup, dandipencarkan pada urediospora yang dapat terangkut jarak jauholeh angin dengan tetap hidup. Selain pada jagung, jamur ini telah diketahui membentuk uredium dan telium.  Pengendalian dengan PHT yaitu dengan penanaman varietas tahan, sanitasi lingkungan, pergiliran tanaman dan menanam benih sehat.
acuan : Hama dan penyakit tanaman pangan (Ir. Sartono Joko S., MP dan Ir. I. Indriyati Wibisono, MP) dan Hama Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan masalah dan solusinya (Eceng Surachman dan  Widada Agus Suryanto)

2 komentar:

  1. Sudah mantap, cuma lebih bagus kalau ditambahin gambarnya dari tiap serangan hama dan penyakit.

    BalasHapus