Blog ini kAlo diIbarat telOr, gOlongan teloR orak-aRiklah...
Yang G jelas karuan Putih Mana kuning...
Tapi TEteup enak rasanya...
Seperti bLog inI..
BiAr G jelas bentuk n tampilannya,
yang penting banyak Ilmunya...

(^_^)V

Met berkunjung..... jangan Lupa Dikomen ya...
Makasih... semoga bermanFaat.... Bagi saya maupun anDa....

Kamis, 14 April 2011

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU TANAMAN JAGUNG


Budidaya tanaman pangan tidak pernah lepas dari yang namanya serangan hama dan penyakit tanaman. Hama dan penyakit tanaman dapat menyerang dan merusak area pertanaman sehingga mengurangi hasil panen. Sebenarnya keberadaan hama dan penyakit di area pertanian  merupakan akibat dari ulah manusia sendiri, perubahan ekosistem yang menjadi salah satu factor utama sehingga ekosistem menjadi tidak seimbang. Hal ini juga berlaku untuk tanaman jagung. Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang sering dijumpai menyerang pertanaman jagung adalah ulat Penggerek batang jagung, Kutu daun, ulat Penggerek tongkol, dan Thrips. Bulai, Hawar daun, dan Karat adalah penyakit yang sering muncul di pertanaman jagung dan dapat menurunkan produksi jagung.
Pengendalian organism pengganggu tanaman seperti hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menerapkan konsep pengendalian hama dan penyakit terpadu yakni pengendalian populasi organism pengganggu tanaman  dengan menggunakan satu atau lebih dari bentuk teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan.  Cara pengendalian yang diutamankan adalah dengan menggunakan pengendalian yang aman untuk lingkungan, pengguna dan konsumen itu sendiri.   Tujuan dari PHT sendiri yaitu untuk tetap mempertahankan populasi hama dibawah ambang kerusakan ekonomis bukan untuk menghilangkan ham itu sendiri.


Pengamatan
Tahapan awal dalam menerapkan konsep PHT adalah dengan melakukan pengamatan. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui intensitas serangan atau kepadatan populasi OPT, luas serangan, daerah penyebaran dan factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT tersebut. Yang terpenting adalah mengidentifikasi hama target seblum melakukan tindakan apapun. Salah identifikasi dapat menimbulkan pengendalian yang tidak efektif dari hama yang sebenarnya. Selain itu juga perlu dilakukan pencarian tanda-tanda khusus dari hama yang menyerang area petanaman.



Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan analisis dari pengamatan dilapangan. Keputusan dapat berupa diteruskannya kegiatan pengamatan atau pelaksanaan tindakan pengendalian.
Tindakan Pengendalian
Tindakan pengendalian dilakukan apabila populasi atau tingkat serangan OPT dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis atau hasil analisis data pengamatan sudah mencapai ambang pengendalian. Syarat dari pengendalian OPT harus memenuhi aspek tekni yaitu :
1.    Memadukan berbagai cara pengendalian yang serasi, selaras, dan seimbang dengan menerapkan prinsip PHT.
2.    Mengutamakan pengendalian dengan teknik budidaya yang tepat, pengendalian secara fisik/mekanik, biologi dan genetik.
3.    Menggunakan pestisida apabila sungguh-sungguh sangat terpaksa karena populasi hama sangat tinggi dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan sangatlah berat.

Pengendalian OPT secara teknik budidaya yaitu dengan melakukan pengolahan tanah yang baik dan benar, menggunakan benih dari varietas yang tahan OPT, benih yang bermutu sehat, dengan pengaturan jarak tanam yang ideal, pola tanam yang baik, waktu tanam yang tepat, pemupukan secara berimbang, pengaturan drainase yang baik serta menanam jenis tanaman perangkap bahkan rotasi tanaman.
   Pengendalian secara fisik maupun mekanik dilakukan dengan cara sanitasi lingkungan secara selektif terhadap tanaman yang terserang OPT, pengambilankelompok telur/ ulat dari tanaman terserang, dan pemasangan penghalang berupa kelambu, rumah kaca atau plastic transparan.
   Pengendalian OPT secara biologis dilakukan dengan cara memanfaatkan musuh alami dengan agens hayati. Dapat pula dilakukan dengan sebuah peraturan dengan karantina tumbuhan.
   Alternative terakhir dalam pengendalian OPT dengan menggunakan bahan kimia (pestisida). Ditinjau dari bahan aktifnya, pestisida dapat dibagi dalam dua macam, yakni pestisida hayati dan pestisida sintetis. Pestisida hayati adalah pestisida yang terbuat dari mahluk hidup yang bahan aktifnya dapat digunakan untuk pengendalian OPT. sedangkan pestisida sintetis memiliki bahan aktif dari hasil sintesa kimia yang berada dalam beberapa golongan. Penggunaan pestisida hanya berlaku jika berdasarkan hasil pengamatan terhadap OPT telah melebihi ambang batas pengendalian. Sedangkan aplikasi pestisida harus dilakukan pasa saat OPT berada dalam setadia peka dengan dosis minimum namun efektif dan penyemprotan pada bagian yang terserang saja.

Hama
1.    Lalat Bibit/ Atherigona exigua (Diptera : Muscidae)
Lalat bibit mulai menyerang pada tanaman muda hingga umur 3 minggu. Serangan lalat bibit terjadi pada musim hujan. Larva yang baru menetas masuk dalam jaringan tanman melalui titik tumbuh sambil makan pelepah daun bagian dasar yang masih menggulung. Dalam waktu yang tidak lama , titik tumbuh mulai layu dan jaringan mulai membusuk dan kemudian tanaman mati. Lalat bibit sangatlah kecil dengan panjang 3-4 mm, berwarna hitam kelabu. Keberadaan lalat ini dapat diketahui jika pengamatan dilakukan pagi hari, mulai pukul 06.00 dan sore hari pukul 16.00-19.00. lalat bibit aktif terbang disekitar lahan pertanaman. Perkembangan telur sampai dewasa 26 hari. PHT yang perlu dilakukan adalah dengan menggunakan tanaman varietas tahan, jika tanaman terserang segera lakukan pemupukan dengan 50 kg/ha urea dengan cara ditugalkan. Untuk pencegahan umur 5-7 hari sebelum tanam dilakuakn penyemprotan insektisida pada sore hari pukul 14.00-16.00 dilahan pertanaman.

2.    Ulat Grayak/ Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae)
Ulat ini selalu dating ke area pertanaman dalam jumlah yang besar, ulat ini aktif menyerang pada malam hari dan pada siang hari bersembunyi ditanah yang lembab. Cirri utama dari ulat grayak ini yaitu pada ruas perut ke-empat dan ke-sepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam dibatasi garis kuning pada bagian samping dan punggung. Pengendalian dengan PHT yaitu melakukan sanitasi lingkungan, pengelolahan tanah dengan membalik tanah hingga ulat dalam tanah mati. Penyebaran musuh alami. Serta pengambilan dengan tangan atau pun alat terhadap larva, kemudian dibakan jika masih bias dikendalikan dengan fisik dan mekanik. Penggunaan Insektisida dengan dosis sesuai anjuran pemakaian jika sudah mencapai ambang kerusakan ekonomi.

3.    Penggerek batang/ Ostrinia furnacalis  (Lepidoptera : Pyralidae)
Larva menyerang daun dan menimbulkan bercak putih pada permukaan daun. Larva muda dapat pula menyerang pucuk daun yang menggulung dengan cara menggerek, sehingga terbentuklah lubang melintang pada daun. Larva muda bila mengganggu akan menjatuhkan diri. Larva yang baru muncul berwarna merah keungu-unguan dengan warna hitam dikepala dan tubuh yang gelap. Telur berbentuk lonjong dan diletakkan dibawah permukaan daun.Pengendalian dilakukan secara PHT dengan rotasi tanaman atau tanam serentak, tanaman yang terserang diambil hamanya lalu dibakar/dibunuh, jika tanaman sudah tidak bias berproduksi lagi maka tanamah harus dicabut dan dibakar. Penggunaan insektisida jika diperlukan dan pembersihan inang alternative setelah panen dan sebelum tanam.

4.    Ulat Tongkol/ Heliothis armigera (Lepidoptera : Noctuidae)
Ulat tongkol ini menyerang tongkol yang paling banyak diserang adalah tongkol yang muda dapat pula menyerang daun atau tangkai daun. Larva menggerek masuk melalui bagian ujung tongkol. Telur berbentuk bulat, larva berwarna kuning pucat dengan kepala berwarna hitam. Pupa diletakkan ditanah. Pengendalian dengan PHT yaitu dengan rotasi tanaman dan penggunaan insektisida jika sudah mencapai ambang kerusakan ekonomi dan kerusakan sudah lebih dari 50%.


Penyakit
1.    Penyakit Bulai (Peronosclerospora philipinensis)
Konidia p. philipinensis berwarna coklat, bersekat, berbentuk bulat. Konidia ini dibentuk pada tangkai sederhana yang tumbuh pada bercak. Konidia ini dapat disebarkan oleh angin dan dapat terbawa benih.
Gejala daun yang terinfeksi berwarna khlorotik, biasanya memanjang sejajar tulang daun, dengan batas yang jelas, dan bagian daun yang masih sehat berwarna hijau normal Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas bagian daun yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Daun yang khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku.
Tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak bertongkol sama sekali. Jamur dapat bertahan hidup sebagai miselium dalam biji, namun tidak begitu penting sebagai sumber inokulum. Infeksi dari konidia yang tumbuh di permukaan daun akan masuk jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal berkembang ke titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik.
Konidiofor dan konidia terbentuk keluar dari stomata daun pada malam hari yang lembab. Apabila bijinya yang terinfeksi, maka daun kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika inokulum berasal dari spora,daun kotiledon tetap sehat. Pengendalian secara PHT yaitu dengan melakukan perbaikan pola tanam, meliputi pergiliran tanaman dan tanam serempak. Pemusnahan inokulum dan tanaman sakit dengan cara dicabut dan dibakar. Menggunakan benih jagung varietas tahan. Melakukan perlakuan benih dengan fungisida.

2.    Penyakit Karat daun (Puccinia sorghii)
Jamur ini berwarna coklat, epidermis daun yang menutupnya segera pecah. Urediospora bulat atau jorong, 24-29 x 22-29 mikrometer, berdinding coklat kemerahan, berduri-duri halus, tebal 1,5-2 mikrometre, pori 3-4, ekuatoral. Jamur membentuk telium terbuka, berwarna hitam, di tempat yang sama dengan uredium; biasanya pada waktu tanam menjelanng masak. Teliospora jorong, berbentuk tanbung atau gada, tumpul atau agak meruncing, biasanya agak mengecil pada sekat, 35-50 x 16-23 mikrometer, dengan dinding berwarna coklat. Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot.
Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.n Puccinia sorghi membentuk urediosorus panjang atau bulat panjang pada daun. Epidermis pecah sebagian dan massa spora dibebaskan yang menyebabkan urediosorus berwarna coklat atau coklat tua. Urediosorus yang masak berubah menjadi hitam bila teliospora terbentuk.
Jamur karat tidak dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman jagung.  P.sorghi terutama juga mempertahankan diri pada tanaman jagung yang masih hidup, dandipencarkan pada urediospora yang dapat terangkut jarak jauholeh angin dengan tetap hidup. Selain pada jagung, jamur ini telah diketahui membentuk uredium dan telium.  Pengendalian dengan PHT yaitu dengan penanaman varietas tahan, sanitasi lingkungan, pergiliran tanaman dan menanam benih sehat.
acuan : Hama dan penyakit tanaman pangan (Ir. Sartono Joko S., MP dan Ir. I. Indriyati Wibisono, MP) dan Hama Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan masalah dan solusinya (Eceng Surachman dan  Widada Agus Suryanto)

Rabu, 06 April 2011

Tahapan serta Cara Mendiagnosa Jenis Bakteri



Bakteri adalah kelompok besar Prokariota, selain Archaea, yang berukuran sangat kecil serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Istilah "bakteri" telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk sebagian besarnya, tergantung pada gagasan mengenai hubungan mereka (Wikipedia, 2011).
Bakteri dianggap sebagai organisme paling melimpah di bumi. Mereka tersebar dan menghuni hampir semua tempat: di tanah, air, udara, atau dalam simbiosis dengan organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak bakteri yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok lain (Wikipedia, 2011).
Diagnosis penyakit bakteri dan identifikasi bakteri penyebab penyakit didasarkan pada gejala awal penyakit yang tampak pada tanaman terinfeksi, jumlah populasi bakteri pada area terinfeksi, dan ketidakberadaan patogen penyebab lainnya. Diagnosis penyakit yang benar diperlukan untuk merekomendasikan cara pengendalian yang tepat dan juga diperlukan dalam suatu survei penyakit tanaman. Dalam hal ini diagnosis dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri, cendawan, virus ataupun  organisme antagonis dan produk metabolitnya.
Diagnosis penyakit tanaman berdasarkan gejala saja belum memadai atau tidak cukup.  Hal ini karena untuk  mengidentifikasi suatu penyakit disebabkan banyak organisme  yang berbeda dapat menunjukkan  gejala yang sama pada inang yang diinfeksinya.  Dalam hal ini perlu diperhatikan kemungkinan kemungkinan adanya organisme  sekunder atau saprofit yang turut serta menginfeksi bagian tanaman.
Untuk mendiagnosis penyakit tumbuhan pertama kali perlu ditentukan  apakah penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri,jamur, virus atau lainnya atau faktor lingkungannya. Diagnosis penyakit tanaman dan identifikasi  penyebab penyakit pada tanaman yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi maka diagnosis yang lebih akurat sangat diperlukan. Hal ini dapat dicapai melalui prosedur isolasi dan seleksi patogen dan jika perlu dilakukan konfirmasi pengujian pada tanaman inang
yang sesuai.
Tahapan dalam diagnosis penyakit tanaman
  • Amati gejala yang terjadi pada tanaman
  • Pilih bagian tanaman sakit yang memperlihatkan gejala belum terlalu rusak atau busuk dan jangan juga memilih bagian yang meninjukkan gejala awal. . Gejala yang terlalu lanjut biasanya sudah ditumbuhi cendawan serta bakteri saprofit yang sering kalimengganggu pertumbuhan. Gejala yang terlalu awal juga menyulitkan diagnosa karena sukar memperoleh tanda penyakit
  • Selain melihat gejala kita juga harus memperhatikan tanda untuk memperkuat hasil diagnosa
  • gejala dan tanda penyakit yang belum di kenal sebiaknya di lakukan penelitian lebih lanjut. Perlu di lakukan penhujian untuk membuktikan hipotesis bahwa mikroorganisme tersebut penyebab penyakit dengan serangkaian postulat koch
  • Gejala yang disertai tanda keberadaan penyebab penyakit dapat dilakukan identifikasi lebih lanjut di laboratorium.

Identifikasi Bakteri Penyebab Penyakit
  • Beberapa bakteri penyakit tanaman berada pada permukaan tanaman atau di dalam tanaman (sebagian besar bakteri). Keberadaan bakteri dipermukaan atau di dalam tanaman menunjukkan bahwa bakteribakteri tersebut merupakan penyebab utama penyakit.
  • Pada beberapa kasus, seseorang dengan keahlian tertentu dapat melakukan deteksi dan identifikasi langsung secara visual atau dengan bantuan kaca pembesar. Seringkali identifikasi hanya dapat dilakukan dengan bantuan mikroskop. 
  • Tidak semua bakteri tampak di permukaan tananam. Kadang hanya terlihat dari gejala yang di tunjukkan dapat kita mengidentifikasi bakteri apa yang menyerang tanaman tersebut
  • Sebagian besar bakteri berada pada jaringan yang terinfeksi, antara lain pada jaringan vascular, jaringan bawah tanaman, dan atau didalam perakaran.
 Pada saat bakteri berada pada jaringan tanaman sakit, ada dua
kemungkinan yang terjadi yaitu :
  • Bakteri tersebut adalah patogen penyebab utama penyakit pada tanaman tersebut, atau 
  • Bakteri tersebut merupakan salah satu bakteri saprofitik atau bakteri yang dapat tumbuh pada jaringan yang telah mati.
Identifikasi bakteri sulit dilakukan jika hanya berdasarkan karekter morfologisnya. Isolasi bakteri pada media agar memerlukan kehati-hatian yang tinggi sehingga terhindar dari kontaminasi bakteri saprofit.
Beberapa media selektif yang sesuai untuk hampir semua bakteri patogen tanaman. Media ini tentu tidak sesuai untuk bakteri saprofit, sehingga dapat dipastikan bahwa pada media selektif bebas dari pertumbuhan bakteri saprofit. Hal ini akan memudahkan proses identifikasi hingga tingkat genus dan spesies
Cara termudah dan terpercaya untuk membuktikan bahwa bakteri tersebut adalah patogen penyebab adalah melalui isolasi koloni tunggal dan menumbuhkan bakteri pada media, untuk selanjutnya diinokulasi kembali pada tanaman inang yang peka
Gejala yang dihasilkan dari inokulasi tersebut dibandingkan dengan gejala yang disebabkan oleh spesies bakteri yang telah diketahui sebelumnya

Postulat Koch
Langkah-langkah pengujian Postulat Koch adalah sebagai berikut :
  • Organisme (bakteri) harus ditemukan berasosiasi dengan gejala penyakit yang ada (bagian tanaman yang sakit diuji).
  • Organisme harus dapat diisolasi dari jaringan yang sakit dan dapat dibuat biakan murni.
  • Organisme dari biakan murni harus dapat diinokulasikan pada tanaman inang yang sehat dan menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan gejala pada tanaman sebelumnya.
  • Organisme harus dapat diisolasi kembali (reisolasi) dari tanaman yang di Inokulasi dan hasilnya harus sama dengan organisme yang dipakai untuk inokulasi.
Jika semua langkah diatas telah diikuti dan dibuktikan kebenarannya maka organisme yang di reisolasi dapat diidentifikasi sebagai organisme yang mengganggu tanaman tersebut.

 

Pewarnaan Gram (Gram Positif dan Gram Negatif)

Teknik pengecatan Gram dikembangkan oleh Hans Christian Gram (dokter berkebangsaan Denmark, 1884). Pengecatan Gram merupakan salah satu langkah awal mengidentifikasi sel bakteri yang memisahkan bakteri menjadi 2 kelompok yaitu bakteri Gram positif (berwarna ungu/biru) dan bakteri Gram negatif (berwarna merah). Perbedaan 2 kelompok bakteri ini didasarkan pada kemampuan sel menahan (mengikat) warna ungu dari kristal violet selama proses dekolorisasi oleh alkohol. Bakteri gram positif tidak mengalami dekolorisasi karena tetap mengikat warna ungu kristal violet dan pada tahap akhir pengecatan tidak terwarnai safranin. Bakteri gram negatif mengalami dekolorisasi oleh alkohol dan pada tahap akhir pengecatan terwarnai menjadi merah oleh safranin.
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru.
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek. Bakteri juga di uji kemampuannya untuk menahan zat warna crystal violet, dengan prosedur yang telah di ciptakan oleh Christian Gram. Jika setelah di cuci bakteri dapat menahan zat warna tersebut bakteri akan berwarna biru dan disebut gram positif, atau bereaksi positif terhadap pewarnaan dengan cara gram. Jika tidak berwarna biru, bakteri disebut gram negatif.
 
pewarnaan gram adalah:
1. Larutan violet kristal hucker (1 tetes) sebagai cat utama yang akan diikat oleh peptidoglikan bakteri.
2. Iodin (1 tetes) sebagai mordan untuk mengintensifkan cat utama
3. Ethanol 95% (secukupnya sampai cat utama luntur), sebagai bahan peluntur untukk melunturkan cat
utama
4. Safranin (1 tetes) sebagai cat penutup untuk mewarnai kembali sel-sel yang sudah kehilangan warna
cat utamanya
 Pewarnaan gram menjadi penting karena reaksi gram berhubungan dengan sifat morfologi lain dalam bentuk hubungan filogenik. Organisme yang berpotensi gram positif mungkin hanya dapat dilihat dengan pewarnaan gram pada kondisi lingkungan yang sesuai dan pada biakan muda. 
Prosedur pewarnaan gram dimulai dengan pemberian pewarna basa, kristal violet. Larutann iodine kemudian ditambahkan; semua bakteri akan diwarnai biru pada fase ini. Sel kemudian diberi alkohol. Sel gram positif akantetap mengikat senyawa kristal violet-iodine, tetap berwarna biru; sel gram negatif warnanya hilang oleh alkohol. Sebagai langkah terakhir, counterstain (misalnya Safranin pewarna merah) ditambahkan, sehingga sel gram negatif yang tidak berwarna, akan mengambil warna kontras; sedangkan sel gram positif terlihat dalam warna biru (Jawetz, etc. 2001).


Sumber : http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/7-pewarnaan-gram-gram-positif-dan-gram-negatif/ diakses pada tanggal 5 April 2011
http://karantina.deptan.go.id/peraturan/PEDOMAN%20DIAGNOSIS%20BAKTERI.pdf


Senin, 04 April 2011

Klinik Tanaman Part I

Klinik tanaman merupakan suatu tempat yang berhubungan dengan hama dan penyakit tanaman ataupun pengganggu tanaman lainnya. Selain itu klinik tanaman dapat juga dijadikan sebagai sarana menyebar informasi-informasi dibidang pertanian terutama pengendalian hama dan penyakitnya.
Fungsi klinik sendiri diantaranya :
1. Menyebarkan teknologi pengendalian hama penyakit terpadu kepada petani dan instansi lain yang berkaitan dengan bidang pertanian
2. Wadah bagi staf pengajar dan mahasiswa untuk menangani permassalahan hama dan penyakit dilapangan
3. Sebagai wadah mekanisme respon bagi masyarakat yang dialami petani

Syarat untuk mendirikan klinik tanaman sendiri seharusnya klinik yang dibangun berada dalam naungan instansi yang sah, selain itu yang tidak kalah pentingnya, suatu klinik tanaman harus mempunyai struktur organisasi yang jelas agar klinik tanaman dapat berjalan denganlancar selain hal tersebut seharusnya dalam sebuah klinik tanaman hubungan silahturahmi akan terjalin dengan erat karena adanya interaksi antara mahasiswa dengan dosen. Untuk persyaratan infrastruktur suatu klinik tanaman harus mempunyai peralatan yang mendukung contohnya mikroskop, cawan petri, alkohol, kertas label, pena, media biakan, autoclave bahkan laminar untuk isolasi.
Pada Klinik tanaman dosen berperan sebagai ahli hama maupun penyakit dan mahasiswa berperan sebagai pembantu dosen dalam melanyani masyarakat yang sedang mengalami permasalahan pada tanamannya. Saat melayani masyarakat luas saat itulah mahasiswa mendapat pengetahuan yang lebih mengenai kasus-kasus yang terjadi dilapangan, sehingga mahasiswa bisa memberi diagnosa sementara sebelum proses identifikasi sampel dilakukan dan dikonsultasikan pada dosen. Pada saat seperti inilah mahasiswa akan lebih pahan bagaimana memberikan rekomendasi pengendalian kepada klien, terutama petani. Dengan adanya klinik tanaman mahasiswa dapat memutuskan untuk menentukan penjurusan yang akan ditekuninya pada bidang hama atau pada bidang penyakit tanaman. Selain pengetahuan yang di dapat, diklinik tanaman juga dapat berfungsi sebagai wadah pemasaran produk-produk pertanian yang dikeluarkan oleh suatu instansi seperti yang dilakukan di klinik tanaman jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Universitas Sriwijaya yang menjual berbagai macam produk-produk organik seperti biopestisida berbahan aktiv dari jamur entomopatogen sampai bakteri antagonis.
Proses uji sampel dimulai dengan mengambil sampel dilapangan langsung ataupun sampel yang sudah dibawa oleh petani/klien yang bersangkutan, sampel tersebut diberi label yang berisikan berbagai keterangan mengenai tanaman tersebut, mulai dari gejala serangan hingga umur tanaman bahkan jarak tanam tanaman tersebut. Setelah pemberian label tentu saja klinik tanaman akan memberikan biaya konsultasi pada klien, biaya ini biasanya disesuaikan dengan tingkat strata klien di masyarakat dan banyak keluhan dari klien tersebut.
Untuk sampel hama biasanya bagian tanaman yang terserang yang dapat dijadikan sampel, sedangkan untuk penyakit biasanya selain bagian yang terserang, dibutuhkan waktu yang lebih lama karena dibutuhkan identifikasi dari gejala tersebut untuk mengetahui penyebab tiumbulnya penyakit. Proses ini dimulai dari isolasi, reisolasi kemudian pemurnian baru dilanjutkan ke tahapan identifikasi dengan menggunakan mikroskop agar dapat memastikan penyebab sebenarnya yang terjadi sehingga dapat direkomendasikan pengendalian yang harus dilakukan.